Selasa, 15 Desember 2009

Kesalahan Tertinggi

Di dunia ini selalu ada dua hal yang berdampingan, laki-laki dan perempuan, siang dan malam, baik dan buruk, awal dan akhir, benar dan salah. Sebagaimana ada kebenaran maka akan ada pula kesalahan. Kesalahan tertinggi dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang tidak patut, tidak benar, tidak tepat, atau tidak sesuai dengan norma-norma yang ada dan bisa dikategorikan sebagai sifat-sifat buruk manusia.
Jika jujur adalah suatu kebenaran, maka bohong menjadi kesalahan tertingginya.
Jika rendah hati adalah suatu kebenaran, maka sombong menjadi kesalahan tertingginya.
Jika rajin adalah suatu kebenaran, maka malas menjadi kesalahan tertingginya.
Jika patuh adalah suatu kebenaran, maka pembangkang menjadi kesalahan tertingginya.
Jika janji adalah suatu kebenaran, maka ingkar menjadi kesalahan tertingginya.
Jika cinta adalah suatu kebenaran, maka benci menjadi kesalahan tertingginya.
Jika kebaikan adalah suatu kebenaran, maka kejahatan menjadi kesalahan tertingginya.
Kita sebagai manusia yang memiliki kesemua kebenaran dan kesalahan tertinggi itu, sebaiknya secara bijak dapat mawas diri dan berintrospeksi diri. Ketika kesalahan tertinggi sudah merasuki hidup kita selalu ingatlah pada Sang Pencipta, Allah swt. Niscaya kita akan menjadi tentram dan kebenaran-kebenaran senantiasa bersama kita.
Amien.

3 komentar:

  1. Adakah taraf dalam kesalahan? Apakah tertinggi itu merupakan taraf? Dimanakah batas kesalahan tertinggi?

    BalasHapus
  2. jika taraf merupakan tingkatan dan tertinggi adalah salah satu bagian dari tingkatan, dapat disimpulkan bahwa tertinggi merupakan taraf.
    ketika ada dan mungkin ada kesalahan tertinggi, maka ada dan mungkin ada kesalahan terendah.

    BalasHapus
  3. Aku tengok ke sana maka aku temukan bahasaku dalam ruang dan waktu. Jikalau aku hilangkan ruang dan waktu itu maka lenyap pula bahasaku beserta diriku. Bahasaku itu meliputi yang ada dan yang mungkin ada, dan ternyata masih tetap berada dalam ruang dan waktu. Anehnya aku menemukan bahwa ruang dan waktu itu ternyata bahasaku juga. Ketika kesadaranku akan ruang dan waktu menurun ternyata kesalahan bahasaku menaik. Ketika kesadaran ruang dan waktuku menaik ternyata kesalahan bahasaku menurun. Jadi aku telah menemukan fungsi kesalahan bahasaku itu berbanding terbalik dengan kesadaran ruang dan waktuku. Sedangkan hatiku telah hadir untuk menjawab apakah kesalahanku itu rendah, tinggi, kecil, besar, di dalam pikiranku, di dalam hatiku, di luar diriku, atau di luar kesadaranku? Maka uraianku atas semuanya itulah pengetahuan dan filsafat ku. Jadi aku menemukan filsafatku itu tercerai berai di antara bahasa-bahasaku.

    BalasHapus